Celahsumbar.com - 123 ribu orang disebutkan telah meninggal di Indonesia akibat polusi udara setiap tahunnya, terlebih, polusi Jakarta kian hari semakin mengkhawatirkan. Angka kematian itu condong bisa bertambah.
Hal itu diungkapkan Guru Besar dalam Bidang Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Dr. dr. Agus Dwi Susanto, SpP(K). Polusi udara menjadi penyebab kematian tertinggi kelima di Indonesia setelah darah tinggi, diabetes, rokok, dan obesitas.
"Jadi polusi udara memberikan dampak yang cukup tinggi dalam angka kematian di Indonesia," kata Agus.
Baca Juga: Mendagri Terbitkan Instruksi Pengendalian Polusi Udara di Jabodetabek, Ini Detailnya
Agus Dwi Susanto menjelaskan riset di Indonesia dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) menunjukkan bahwa peningkatan Particulate Matter (PM) 2.5, kenaikan sulfur dioksida (SO2), kemudian PM 10 dalam udara, berimplikasi terhadap risiko terjadinya pneumonia mulai dari 1,4 persen sampai 6,7 persen.
Pihaknya menambahkan ketika terjadi peningkatan PM 2.5, maka kunjungan untuk telekonsultasi karena bronkitis dan influenza juga meningkat antara 100 hingga 400 persen. "Studi menunjukkan bahwa telekonsultasi ketika terjadi peningkatan polutan bulan Juni, telekonsultasi karena asma meningkat 200 persen ya," katanya.
Polusi udara dapat menyebabkan iritasi mukosa sehingga terjadi gejala hidung berair, bersin-bersin, sakit tenggorokan, untuk jangka pendek. Kemudian akan bisa timbul batuk, dan dahak berkepanjangan.