Celahsumbar.com - Kandungan gas beracun dari erupsi Gunung Marapi Sumatera Barat (Sumbar) diungkapkan oleh Kepala Stasiun Pemantau Atmosfer Global atau GAW Bukot Kototabang Sugeng Nugroho.
"Memang ada indikasi peningkatan SO2 saat erupsi pertama 3 Desember 2023 tapi statusnya masih di bawah ambang batas," katanya di Padang, yang dikutip dari ANTARA, Kamis (27/6/2024).
Dia mengatakan dampak buruk dari gas beracun erupsi Gunung Marapi adalah warga yang berada di sekitar lereng gunung aktif tersebut.
Baca Juga: Gunung Marapi Erupsi dengan Amplitudo Getaran Terkuat Selama Bulan Juni Ini
Dampaknya bisa menyebabkan iritasi pada kulit dan mata. "Yang paling berdampak itu sebenarnya di sekitar lereng Gunung Marapi dan tidak sampai menyebar jauh," kata dia.
Namun, GAW mengakui belum memiliki alat portabel yang bisa dibawa kemana untuk mengukur kadar gas beracun lantaran harganya yang cukup mahal.
"Alat portabel yang baru kita miliki itu lebih kepada pengukuran debu atau partikulat, sementara alat portabel SO2 kita belum punya," tegasnya.
Baca Juga: ALHAMDULILLAH! Internet Gratis di Masjid Padang Panjang Dipuji Tim Asesor Smart City Pusat
Hingga saat ini, kandungan gas beracun dari erupsi Gunung Marapi masih di bawah ambang batas aman.