Ternyata Ini Alasan Mobil Listrik Sepi Peminat di Indonesia

1 Juni 2023, 10:34 WIB
Baterai mobil listrik Wuling Air ev tengah diisi ulang. /Tangkapan Layar YouTube.com/yangpentingkomentar

Celahsumbar.com - Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) menyebutkan keterbatasan model electronic vehicle (EV) atau kendaraan listrik menjadi salah satu alasan mobil listrik masih sepi peminat dan penjualannya masih rendah di Indonesia.

Deputi Bidang Koordinaasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin mengatakan pilihannya tidak banyak hanya dua merk. Misalnya hanya Wuling sama Hyundai.

"Warnanya sih banyak tapi modelnya enggak banyak jadi ini yang kita coba kita handle," kata Rachmat dalam media briefing di Jakarta, Rabu, 31 Mei 2023, dilansir Antara.

Rachmat mengungkapkan masalah yang paling fundamental dalam membangun industri kendaraan listrik adalah isu permintaan.

 

Baca Juga: Ini Jadwal Tayang Film Jalan yang Jauh, Jangan Lupa Pulang di Netflix, Siapa yang Belum Nonton di Bioskop?

Saat ini, Indonesia belum memiliki EV dengan harga yang terjangkau. EV jauh lebih mahal dari kendaraan berbahan bakar minyak dengan kualitas setara bahkan perbedaannya bisa mencapai 30-40 persen.

Selain menghadapi masalah permintaan, tantangan suplai juga menjadi isu yang harus dihadapi pemerintah agar EV bisa diadopsi.

Kapasitas EV domestik masih rendah dengan kapasitas produksi 29.000 mobil, 2.480 bus dan 1,42 juta sepeda motor per tahun. Belum lagi investor memerlukan dukungan pasar berupa kerangka hukum dan insentif untuk mendorong investasi.

Rachmat optimistis penjualan kendaraan listrik bisa lebih banyak lantaran kepemilikan kendaraan di Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara tetangga. Padahal, industri otomotif memiliki peran signifikan terhadap perekonomian Indonesia sebagai pusat manufaktur.

Baca Juga: Mengintip Monitor Gaming Terbaru ASUS ROG Swift OLED PG49WDCD dengan Integrasi Sync

 

"Kepemilikan mobil di Indonesia masih rendah, mungkin 1/5 nya dari Malaysia. Malaysia dengan penduduk sekitar 32 juta penjualannya sekitar 720 ribu. Jadi kita masih mempunyai pasar ke depan dengan ekonomi yang lebih luas lagi," ucapnya.

Optimisme pemerintah mengenai peralihan menuju kendaraan listrik turut dilatarbelakangi oleh penghematan biaya operasional EV yang lebih rendah dibandingkan kendaraan konvensional.

"Saya sudah pakai dari 2021, biaya transportasi saya fuel cost turun bisa 80 persen. Karena ada kebaikan pajak, saya bayar pajak 2, mobil ICE saya sama dengan mobil saya 1/10 nya misalnya untuk EV. Ibaratnya kalau udah nyoba enak dan ini kita yakin," ujar Rachmat.

Isu peningkatan kesadaran mengenai isu lingkungan juga disebutnya akan menjadi faktor yang mendorong minat konsumen terhadap EV. Termasuk juga tren global yang akan menyediakan model EV sesuai dengan pasar Indonesia.***

Editor: Tommy Adi

Tags

Terkini

Terpopuler